Gulir jarum jam telah berputar
tak kunjung henti sejak sosoknya pergi. Entah sudah berapa senja yang aku
lewati dengan hanya menatap sketsa wajahnya. Sangat tidak adil rasanya, ahh
mungkin hanya bagiku. Sangat tidak mungkin aku lakukan semua ini, yang hadir
ini bukanlah sebuah khayalan namun sebuah rasa yang tidak lagi aku terima.
Ohhh, malam ini pun aku mulai tak menentu. Mengingatkanku pada malam saat ku
tergila-gila olehnya, dulu.
Sebut saja sebuah hal yang sangat
baku tetapi tidak ada ujungnya. Menari dan menari jariku pada tuts yang berisi
huruf. Menceritakan ia yang aku tak tahu seperti apa sekarang wujudnya. Jangan!
Jangan pernah bahas itu.
Aku kosong. Ya, bukan karna
tanpanya, tapi aku terasa kosong. Rutinitas seperti siklus berputar terus tak henti,
tapi kosong. Tanpa rasa, apalagi asa. Kadang membuatku ingin menyusulnya,
hahaha.. pemikiran yang aneh bukan.
Mencari aku yang sempat berada di
ujung atas lingkaran, mungkin sosoknya telah pergi bersama dengan rasa yang
mati setelah malam lepas dari pelukan. Habiskan waktu luntang lantung di ruang
persegi selama sisa masa non-aktif. Lantangan suaraku yang biasa teradu dengan
gesekan otak dari berpuluh kepala kini terganti dengan lirik gingseng penuh
kepalsuan. Celetukan pencerah kini tak lagi ada, hanya tinggal desahan
kebodohan.
Bercermin pada kaca terasa
seperti berkaca pada air keruh. Tak nampak sosok, aku tak kenal. Karakter lalu
terganti bentuk abstrak, absurd. Mencoba menggali, percuma. Tak ada alat bantu,
tanah sudah dicor beton.
Siapapun pembaca rangkaian kata
ini, “hey! Kamu sedang tertipu” mengertilah kalimat itu atau enyah saja matikan
kotak bersinarmu. Bingung? Wajar saja. Ini memang bukan untuk dimengerti.